SISTEM INFORMASI GEORGAFIS DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN



KATA PENGANTAR



            Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan karuniaNya lah makalah dengan judul Penggunaan Sistem Informasi Geografi Dibidang Perikanan Kelautan telah selesai disusun.  Pada makalah ini penulis mencoba mengungkapkan mengenai apa-apa saja manfaat dalam penggunaan Sistem Informasi Geografi dan bagaimana cara penanganannya.
Pada kesempatan kali ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang memberi dukungan moral maupun materil kepada penulis.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan sebagai sumber informasi maupun referensi dalam kajian-kajian ilmiah. Penulis juga berharap semoga pemaparan mengenai Sistem Informasi Geografi dalam bidang perikanan dan kelautan mengunggah kesadaran kita bahwa negara kita Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang perikanan dan kelautan. Hal inilah yang patut kita jaga dan lestarikan.
Akhirnya penulis memohon maaf apabila ada kajian dan penyajian yang kurang baik dalam tulisan ini dan untuk itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik konsumtif bagi perbaikan tulisan ini.
















DAFTAR ISI



                                                                                              Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................  i
DAFTAR ISI .................................................................................................  ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................  1
1.2 Tujuan ........................................................................................................  2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
BAB III MASALAH....................................................................................    7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................    9
DAFTAR PUSTAKA




DAFTAR GAMBAR


                                                                                              Halaman
Gambar 1.1.Komponen yang bekerja dalam aplikasi SIG
untuk perikanan dan kelautan.......................................................................... 6














BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
            Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan laut melimpah, sungguh sangat disayangkan apabila sumberdaya tersebut tidak dapat dimanfaatkan hanya karena tidak adanya ketersediaan informasi mengenai sumber daya tersebut, terutama sumber daya ikan laut. Sistem informasi geografis perikanan Indonesia dapat memberikan informasi mengenai daerah penyebaran ikan dan lokasi penangkapan ikan di sepanjang wilayah perairan Indonesia. Perancangan sistem ini dimulai dengan melakukan identifikasi dari pihak yang berkepentingan dengan sistem informasi geografis perikanan Indonesia beserta kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak tersebut. Keterhubungan antar obyek dalam sistem ini digambarkan melalui collaboration diagram dan class diagram. Dengan adanya perancangan sistem ini, diharapkan akan dapat mempermudah pembuatan aplikasi sistem informasi geografis yang dapat mempermudah pengguna dalam mencari letak geografis dan informasi dari tempat penangkapan dan penyebaran ikan yang strategis sesuai dengan yang diinginkan. Perancangan sistem ini dibuat dengan menggunakan pendekatan Unified Modelling Language menggunakan perangkat lunak Rational Rose.
            Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Potensi sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru termanfaatkan sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan.

            Informasi geografis merupakan kanampakan permukaan bumi, maka informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut, dan waktu. Posisi geografis dapat dinyatakan dalam sistem koordinat lintang dan bujur atau sistem UTM. Atribut menjelaskan informasi apa (what?), seperti hutan, kota, dan sebagainya. Hubungan keruangan biasanya disimpan dalam basis data. Dan waktu merupakan konponen informasi geografis yang selalu berubah. Adapun beberapa aplikasi yang berkaitan dengan SIG umumnya terlibat dalam studi mengenai lingkungan. Lingkungan ini dimaksud adalah lingkungan geografi dari area studi dan kegaitan yang berkaitan di dalamnya.
            Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi penangkapan ikan. Pertanyaan yang sering di lontarkan nelayan adalah dimana lokasi penangkapan ikan yang baik? dan kapan waktunya? Dengan SIG perikanan pertanyaan2 ini bisa di jawab, dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis Actibe Radiation) dll bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ dan dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan seberan dari faktor2 lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya memberikan gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan.

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai penggunaan Sistem Informasi Geografis di bidang perikanan dan kelautan, bagaimana cara penggunaannya, apa-apa saja alat bantu dalam mengetahui penggunaan Sistem Informasi Tersebut dan bagaimana cara pemecahan masalahnya.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)
            SIG perikanan lebih sering bermain dengan bentuk data raster. Data2 SST, klorofil dll tersebut merupakan suatu data dari citra satelit yang berbentuk raster. Data raster mempunyai kelemahan dalam proses penyimpaan dan kemampuannya berinteraksi dengan data atribut. Data bentuk raster membutuhkan tempat penyimpanan yang sangat besar sehingga boros hardisk, data raster juga merupakan data angka per pixel sehingga tidak bisa di gabung dengan data tabel, keadaan ini terjadi apabila data raster tersebut bersifat degradasi. Untuk bisa menggabungkannya dengan data tabel harus di reklasifikasi terlebih dahulu, sehingga membentuk ID2. Interkasi data atribut dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada disekitar lokasi pendaratan kapal.
            Banyak sekali sekarang orang2 yang memanfaatkan GIS. seperti yang sudah di tulis, salah satu perangkat lunak dari GIS adalah ArcView. sebenarnya masih banyak lagi perangkat2 lunak GIS seperti MapInfo, ArcGIS, Autocad MAP dll. tapi untuk saat ini, sebagai dasar dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografi lebih lanjut, banyak yang memanfaatkan ArcView.
            Pengembangan SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah2 yg luas.
           
2.2 Aplikasi SIG Di Bidang Kelautan
            Menurut Setyadi (2006) sebagaimana halnya perkembangan aplikasi SIG untuk kelautan dan perikanan di dunia yang cukup lambat sama halnya di Indonesia. Banyak faktor yang menghambat Sistem Informasi Geografi Kelautan ITK-IPB- JLG perkembangan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan di Indonesia diantaranya, keterbatasan sumberdaya manusia, perangkat keras dan lunak serta minimnya ketersediaan data spasial kelautan di Indonesia. Aplikasi SIG berlajan sangat lamban berkembang di sektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut. Aplikasi SIG untuk perikanan dan kelautan mulai pertengahan 87 dan dapat dikelompokkan untuk tujuan:

1. Site selection atau pilihan untuk budidaya laut
            Hal ini merupakan awal untuk menggunakan GIS dalam bidang perikanan. Hal ini umumnya dilakukan di ruang skala kecil, namun sebenarnya dapat digunakan dalam skala besar. Pemilihan lokasi ini menjadi penting karena semakin banyaknya hambatan yang dihadapi dalam budidaya laut dan payau, misalnya masalah penyakit ikan secara massal di beberapa negara seperti Thailand,Sri Lanka, Indonesia dan banyak penyakit wabah lainnya yang dapat menyebabkan masalah dalam perikanan budidaya.

2. Aplikasi SIG untuk menganalisis lokasi yang cocok untuk distribusi ikan          berdasarkan parameter lingkungan
            Berdasarkan parameter - parameter lingkungan seperti suhu perairan, kesuburan perairan dan fenomena / proses yang terjadi seperti upwelling,thermal fronts.

3. Modelling pergerakan dan aktivitas ikan
            Numerik ke model SIG untuk mensimulasikan atau memeramalkan berbagai proses. Contohnya termasuk paper yang telah dipublikasi.

4. Analisa dan usaha perikanan tangkap
            Manajer Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat dianalisis dengan SIG.


5. Membangun database perikanan Regional dan Nasional
            Walaupun tidak secara langsung dengan GIS aplikasi untuk manajemen perikanan dalam dilakukan, jelas bahwa tanpa masukan data besar maka aplikasi GIS untuk perikanan dan kelautan tidak dapat berfungsi. Maka di beberapa daerah
utama perikanan yang besar upaya membangun data database, metadata set telah dilakukan.
            Menurut Zainuddin (2006), yang menyatakan bahwa dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, pertanyaan klasik yang sering dilontarkan nelayan antara lain dimana ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah yang berlimpah. Meskipun sulit mencari jawabannya, pertanyaan penting ini perlu dicari solusinya. Hal ini antara lain karena usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan yang tidak menentu akan mempunyai konsekuensi yang besar yaitu memerlukan biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan. Dengan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar tentu saja akan menghemat biaya operasi penangkapan, waktu dan tenaga. Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi, kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas. Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu permukaan laut (SST), tingkat konsenterasi klorofil-a, perbedaan tinggi permukaan laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disutu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling.
            Menurut (Meaden, 2000) aplikasi SIG berlajan sangat lamban berkembang disektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut seperti pada Gambar 1. 1. ditunjukkan komponen yang harus diperhatikan ketika menerpkan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan.

Gambar 1.1.Komponen yang bekerja dalam aplikasi SIG untuk perikanan dan kelautan
Pada umumnya untuk aplikasi di darat wilayah GIS hanya memperhatikan komponen 1, 2 dan 4, sedangkan untuk kelautan dan perikanan juga harus memperhatikan aspek 3, 5, 6, dan 7. Hal ini disebabkan karena aktivitas perikanan dan kelautan dilakukan dalam lingkungan atau tata ruang 3 dimensi dan juga merukan lingkungan yang sebagian besar adalah dalam keadaan terus bergerak (dinamis).



6. Hubungan Aplikasi SIG dengan potensi penangkapan ikan
            Masalah yang umum di hadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat mempengaruhi kondisi oseonografi perairan. Dengan demikian daerah potensial penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan lebih efektif dan efesien apabila daerah penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penangkapan ikan berangkat dari pangkalan. Salah satu mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui study daerah penangkapan ikan dan hubungan nya dengan fenomena oseonografi secara berkelanjutan.
Menurut zainudding ( 2006 ), salah satu alternatif menawarkan solisi terbaik adalah pengkombinasian kemampuan SIG dan pengindraan jauh. Dengan  teknologi inderaja factor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala cepat dan dengan cakupan daerah yang luas.
Pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan penghemat waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai dengan menggunakan SIG gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan waktu dapat disajikan, tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik survey langsung maupun dengan pengindraan jarak jauh ( inderaja )




BAB III
MASALAH DALAM PENGGUNAAN SIG SERTA PEMECAHAN MASALAH



            Masalah yang sering muncul dalam dunia perikanan adalah mencari daerah habitat ikan di sutu perairan. Hal ini merupakan sesuatu yang sulit karena ikan selalu bergerak dan pergerakannya tidak menentu. Buka hanya itu saja diperlukannya biaya yang besar dalam mencari lokasi ikan berada di suatu perairan. salah satunya biaya bahan bakar minyak kapal yang besar, waktu dan tenaga nelayan juga perlu diperhitungkan. Oleh sebab itu solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh dalam bidang perikanan dan kelutan. Hal ini sesuai dengan literatur Zainuddin (2006) yang menyatakan bahwa usaha penangkapan ikan dengan mencari daerah habitat ikan yang tidak menentu akan mempunyai konsekuensi yang besar yaitu memerlukan biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan. Dengan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar tentu saja akan menghemat biaya operasi penangkapan, waktu dan tenaga. Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi, kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
            Kendala yang kedua dalam pengembangan SIG adalah keperluan analisi keruangan lahan dan analisis SIG untuk laut banyak menggunakan 3D sedangkan SIG masih kurang mampu mengendalikannya. Hal ini sesuai dengan literatur Kusuma (2004) yang menyatakan bahwa pengembangan SIG untuk kelautan mempunyai dua kendala umum, pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah - daerah yg luas.
            Salah satu penyebab lambannya berjalan aplikasi SIG di bidang perikanan dan kelautan disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut. Hal ini sesuai dengan literatur Meaden (2000), yang menyatakan bahwa aplikasi SIG berlajan sangat lamban berkembang disektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut ditunjukkan komponen yang harus diperhatikan ketika menerpkan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan.

















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



4.1  Kesimpulan
1.      SIG merupakan pengelolaan data geografi yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).
2.      Sistem Informasi Geografis bekerja berdasarkan integrasi komponen, yaitu: Hardware, Software, Data, Manusia, dan Metode.
3.      Penyajian SIG dengan komputer lebih menguntungkan, karena mudah dan lebih cepat diolah. Pengumpulan data dan penyimpanannya hemat serta ringkas (pada disket), mudah diulang dan diubah kalau diperlukan, dan mudah ditransformasikan.
4.      Sistem Informasi Geografis dapat diartikan sebagai :
            suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data   geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif             untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,       memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data         dalam suatu informasi berbasis geografis
5.      Dalam dunia perikanan dan kelautan diperlukannya SIG untuk mencari keberadaan ikan.

4.2  Saran
      Sebaiknya dilakukan suatu aplikasi terobosan baru dalam bidang perikanan dan kelautan untuk kemajuan bidang perikanan dan kelautan di Indonesia.



















DAFTAR PUSTAKA



Kusuma. 2008. Aplikasi SIG Untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dan         Kelautan. Sistem Informasi Geografi Kelautan ITK-IPB- JLG.

Mangatur, I. 2010. Sistem Informasi Geografis. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id [6 April 2013].

Meaden. 2000. Using multi-sensor satellite remote sensing and catch data to detect ocean hot spots. Deep-Sea Res. II.(53): 419-431.

Permadi. 2012. Sistem Informasi Geografis. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id [6 April 2013].

Nugroho, D. 2003. Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Menusia Dalam            Perencanaan Konservasi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Fakultas          Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Setiyadi, B. 2006. Pemanfaatan Teknologi Global Positioning System (GPS)          Dalam Pembangunan Informasi Spasial. Teknik Geodesi-Geomatika, FTSL - ITB, Bandung.

Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian            Perikanan Dan Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan,         Universitas Hasanuddin, Makasar.

Latest